Seni Barong atau Barongan atau Singo Barong, merupakan salah satu kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat Kendal.
Tari Barong dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari Singo Barong, yang mengambarkan keperkasaan dan kebuasan seekor singa raksasa. Biasanya berjumlah dua ekor yang mencerminkan sepasang jantan dan betina, kadang -kadang juga ditampilkan pula anak barongan. Satu barongan dimainkan oleh dua pemain, pemain depan memegang kepala yang berbentuk singa terbuat dari kayu dengan bersembunyi dibalik kain loreng-loreng menyerupai singa. Sedangkan pemain belakang bertindak sebagai ekor, dengan gerakan mengikuti pemain yang didepan.
Peranan Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu :
1.Bujangganong / Pujonggo Anom
2.Joko Lodro / Gendruwo
3.Pasukan berkuda / kuda lumping
4.Noyontoko
5.Untub.
Serta diiringin dengan gending -gending jawa dan tabuhan gamelan.
Alur cerita bersumber dari hikayat panji. Di dalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas, sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran.
Sama dengan Tarian kuda lumping, pertunjukan singo barong umumnya dipertunjukkan pada saat saat: hajatan; khitanan, sebagai penghibur bocah yang akan disunat dan para tamu; Acara Merti Desa ( semacam perayaan ulang tahun berdirinya desa); perayaan Hari kemerdekaan; menyambut tamu kehormatan dll.![](http://www.kendalkab.go.id/plugins/content/mavikthumbnails/thumbnails/109x84-images-stories-minifp-Sosial_Budaya-barongan4.jpg)
Beberapa kelompok Kesenian tradisional Singo Barong yang ada di Kendal misalnya : Group Ngudi Santoso Desa Sumbersari Kecamatan Ngampel; Wahyu Laras Budoyo Desa Tawang Gempol Sewu Rowosari; Marho Rukun Desa Taman Gede Kecamatan Gemuh; Group Rangkah Mudho Desa Puguh Pegandon; Group Kemangi Desa Jungsemi Kecamatan Kangkung dan Group Purwo Budoyo Muda Taruna Kelurahan Langenharjo Kendal. Taruna Budhaya Mukti Desa Sidomukti KecamatanWeleri. Group Krido Singo Manggolo Desa Tejorejo Kec Ringinarum. Serta beberapa group yang tersebar diberbagai pelosok desa.
KESENIAN RAKYAT KUDA LUMPING |
|
|
![tarilumping](http://www.kendalkab.go.id/plugins/content/mavikthumbnails/thumbnails/140x115-images-stories-selayangpandang-tarilumping.jpg) Tarian rakyat kuda lumping atau dikenal pula jaran kepang atau jathilan atau jaran eblek banyak berkembang dan diminati oleh masyarakat Kendal. Tarian ini menggunakan kuda yang dimanifestasikan dalam bentuk mainan yang mirip kuda, terbuat dari bahan anyaman bambu, dengan dihias warna warni. Dalam melaksanakan tarian diiringi dengan gending-gending jawa yang ditabuh dari perlengkapan peralatan gamelan. Gamelan untuk mengiringi tari Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Penari menggapit kuda mainan dengan kedua kakinya, seolah-olah menaiki kuda, mengikuti alunan music gamelan.
Berbagai gerakan diperagakan oleh penari. Semakin banyak variasi gerakan, tarian makin menarik. Biasanya dimainkan oleh 6 sampai 10 orang, bahkan lebih. Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa.
![](http://www.kendalkab.go.id/plugins/content/mavikthumbnails/thumbnails/140x115-images-stories-selayangpandang-tarilumping3.jpg) Tarian kuda lumping ini umumnya dipertunjukkan pada saat saat: khitanan, sebagai penghibur bocah yang akan disunat; Acara Merti Desa ( semacam perayaan ulang tahun berdirinya desa); perayaan Hari Kemerdekaan; menyambut tamu kehormatan dll.
Beberapa kelompok Kesenian tradisinal jaran kepang yang ada di Kendal misalnya : Group Turonggo Sari Desa Tambahsari Kecamatan Limbangan; Wahyu Laras Budoyo Desa Tawang Gempol Sewu Rowosari; Khrido Sari Budhoyo Desa Plososari Patean; Group Krido Mudo Desa Purwogondo Boja; Group Setya Karya Budaya Desa Tirtomulya Plantungan dan Wahyu Turonggo Mudo Desa Sukodadi Singorojo. Serta beberapa group yang tersebar diberbagai pelosok desa.
|
SENI PERCUSI CONTEMPORER KLOTEKAN |
|
|
Klotekan merupakan suatu aktifitas bermusik dengan alat pukul ( perkusi ) yang dimainkan baik secara individu ataupun kelompok.
Klotekan music percusion hasil kreatifitas generasi muda Kaliwungu, merupakan penggabungan acting dan music dengan memanfaatkan barang – barang rumah tangga bekas, seperti : ember; panci; sendok; dandang; piring dan dipadukan dengan alat music bambu.
Untuk lebih menarik, diperagakan pula tarian dan gerakan acting mengikuti irama musik. Sehingga terjalin harmonisasi antara rasa yang tercipta dari alunan musik dan karsa yang terwujud dari gerakan penari.
Pakaian Adat Kendal Putra/ Kakung |
|
|
- Pakaian Adat Kendal Putra
Blangkon model Mataram mondol trepes, jubah nutup telinga. Busana bagian atas menggunakan beskap Sutowijayan (bagian depan nutup ke kanan dan jatuh ke bawah dengan 3 saku, bagian belakang landung dan belahan di samping kiri dan kanan). Bagian bawah menggunakan nyamping/kain pesisiran menggunakan sabuk, epek timang, memakai keris/duwung. Menggunakan selop tertutup.
- Pakaian Adat Kendal Putri
Sanggul khas Kendal, rambut disasak dan dirapikan seperti halnya membuat sanggul jawa dan bagian samping kanan dan kiri dibentuk mepet telinga 9tanpa sunggar). Kemudian untuk bentuk sanggulnya menggunakan sanggul Jawa Solo ukuran kecil 3 rusuk konde model lingkar.
![](http://www.kendalkab.go.id/plugins/content/mavikthumbnails/thumbnails/140x115-images-stories-syawal-1.jpg)
Pada mulanya Syawalan berasal dari sebuah peringatan meninggalnya (Khoul) ulama besar Kaliwungu, Kyai Asy'ari (Kyai Guru) dengan cara me-ziarahi kuburannya setiap tanggal 8 Syawal, setiap tahun. Sunan Katong hari wafatnya (Khoulnya) dirayakan setiap bulan Rajab setiap tahun, biasanya jatuh pada pasaran kliwon. Sesuai dengan perkembangan masyarakatnya, kemudian lokasi ziarah berkembang ke makam Pangeran Mandurorejo dan Pangeran Pakuwaja,Kyai Mustofa, Kyai Rukyat dan Kyai Musyafa'.
Awalnya kegiatan ziarah mengirim doa di makam Kyai Asy'ari ini hanya dilakukan oleh keluarga dan keturunannya Kyai Asy'ari, tetapi lama kelamaan diikuti oleh masyarakat muslim Kaliwungu dan sekitarnya. Akhirny, kegiatan itu semakin massif terjadi setiap tahun, bahkan objek lokasi ziarah melebar bukan hanya kepada makam Kyai Asy'ari (Kyai Guru), akan tetapi juga ke makam Sunan Katong, Pangeran Mandurarejo, seorang Panglima Perang Mataram, dan Pangeran Pakuwaja. Belakangan para peziarah merambah juga berziarah ke makam Kyai Rukyat, Kyai Mustofa dan Kyai Musyafa'.
Makam Kyai Asy'ari, makam Pangeran Mandurarejo dan Sunan Katong terletak di Jabal sebelah selatan desa Protomulya, sedangkan makam Kyai Mustofa dan Kyai Musyafa' terletak di jabal sebelah utara-barat. Bukan hanya itu, sebagai perhelatan publik, area Syawalan juga berkembang ke wilayah lain yang lebih bersifat pasar dan hiburan rakyat, seperti daerah Pukuran, Pasar Sore, malahan belakangan sampai Desa Krajankulon dan Plantaran.
Prosesi upacara Syawalan Kaliwungu biasanya acara seremonial pembukaann diselenggarakan di halaman Masjid Besar Al-Muttaqin (biasanya dibuka oleh Bupati Kendal). Kemudian acara dilanjutkan jalan kaki bersama-sama para kyai dan masyarakat santri kaliwungu menuju makam Kyai Asy'ari. Agenda acara ritual di makam Kyai Asy'ari adalah (1) Pembukaan, (2) Pembacaan Riwayat Hidup singkat Kyai Asy'ari, (3) Tahlil dan (4) Doa untuk para leluhur, para masyayih, ulama yang dimakamkan di pemakaman Protomulyo dan Kutoharjo.
Meskipun sampai kini masih banyak yang memaknai Syawalan sebagai hal yang sakral, yakni sebagai perjalanan silaturahim rohaniah antara orang yang masih hidup dan orang yang telah meninggal (alam ghaib), namun dewasa ini Syawalan telah mengalami penambahan makna. Atau paling tidak telah mengalami perluasan makna (Amelioratif). Jika dahulu kegiatan Syawalan ini benar-benar terasa sakral-trancendental, maka kini kesakralan ini telah mulai terusik atau 'terganggu' (untuk tidak mengatakan profan) oleh munculnya 'makna tambahan dengan image baru. Image baru itu misalnya, orang mulai mengatakan bahwa Syawalan telah identik dengan jalan-jalan atau pacaran, lihat hiburan, belanja mainan anak-anak, belanja alat dapur dan lain-lain. Yah, itulah Syawalan kini bagi masyarakar Kaliwungu telah menjadi "Tuan Rumah di Negeri Sendiri".
Sumber : Meretas Ziarah Profile Syawalan Kaliwungu, Al-Fakir dan Muhammad Abdullah.
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar