animasi blog

Senin, 01 Oktober 2012

EVENTB ADAT KAB. KENDAL


KESENIAN RAKYAT KUNTULAN

Kesenian Rakyat Kuntulan atau sering juga orang menyebut terbang kuntul, merupakan tari kesenian rakyat khas Dusun Plalar yang dipopulerkan oleh Kelompok seni Sinar Gunung, Desa Bringinsari Kecamatan Sukorejo. Tarian ini, bernuansa Islami dengan memadukan gerakan beladiri silat yang dilukiskan dalam bentuk tarian. Jumlah penari sekitar 30 – 40 orang penari/pesilat, dan 5 – 10 pengiring yang semuanya putra, dengan memperagakan 23 jurus silat dan 23 lagu yang bernuansa perjuangan.

Peralatan musik yang mengiringi lagu adalah rebana, yang merupakan instrumen pokok dengan dilengkapi jedor atau beduk. Sedangkan lagu lagunya dilantunkan oleh Rodat sekaligus menjadi penari. Para Rodat yang menari bersama secara serempak, mengenakan pakaian serba putih. Untuk itulah maka kesenian ini dinamakan kuntulan karena penarinya serba putih seperti burung kuntul atau bangau putih.

Namun dalam perkembangannya sejak tahun 1950 kesenian ini kostumnya mengalami perubahan. Seragam penari berganti dengan seragam putih biru, dengan slempang di baju, bertopi dan berkaca mata hitam dan bersepatu lengkap dengan kaos kaki.

Untuk lebih menarik penonton, tarian kuntulan dikreasikan dengan atraksi seperti berjalan di pecahan kaca, makan kaca, melindas orang dengan menggunakan motor, kekebalan tubuh, hipnotis dan lain -plain. Bahkan kadang -kadang ditengah pertunjukan ada pemain yang konon kemasukan roh. Sehingga bergerak tanpa kesadaran diri.

 
KESENIAN RAKYAT BARONGAN

Seni Barong atau Barongan  atau Singo Barong, merupakan salah satu kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat Kendal.
Tari Barong dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari Singo Barong, yang mengambarkan keperkasaan dan kebuasan seekor singa raksasa. Biasanya berjumlah dua ekor yang mencerminkan sepasang jantan dan betina, kadang -kadang juga ditampilkan pula anak barongan. Satu barongan dimainkan oleh dua pemain, pemain depan memegang kepala yang berbentuk singa terbuat dari kayu dengan bersembunyi dibalik kain loreng-loreng menyerupai singa. Sedangkan pemain belakang bertindak sebagai ekor, dengan gerakan mengikuti pemain yang didepan.
Peranan Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu :
1.Bujangganong / Pujonggo Anom
2.Joko Lodro / Gendruwo
3.Pasukan berkuda / kuda lumping
4.Noyontoko
5.Untub.
Serta diiringin dengan gending -gending jawa dan tabuhan gamelan.
Alur cerita bersumber dari hikayat panji. Di dalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas, sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran.
Sama dengan Tarian kuda lumping, pertunjukan singo barong umumnya dipertunjukkan pada saat saat: hajatan; khitanan, sebagai penghibur bocah yang akan disunat dan para tamu; Acara Merti Desa ( semacam perayaan ulang tahun berdirinya desa); perayaan Hari kemerdekaan; menyambut tamu kehormatan dll.
Beberapa kelompok Kesenian tradisional Singo Barong yang ada di Kendal misalnya : Group Ngudi Santoso Desa Sumbersari Kecamatan Ngampel; Wahyu Laras Budoyo Desa Tawang Gempol Sewu Rowosari; Marho Rukun Desa Taman Gede Kecamatan Gemuh; Group Rangkah Mudho Desa Puguh Pegandon; Group Kemangi Desa Jungsemi Kecamatan Kangkung dan Group Purwo Budoyo Muda Taruna Kelurahan Langenharjo Kendal. Taruna Budhaya Mukti Desa Sidomukti KecamatanWeleri. Group Krido Singo Manggolo Desa Tejorejo Kec Ringinarum. Serta beberapa group yang tersebar diberbagai pelosok desa.


KESENIAN RAKYAT KUDA LUMPING

tarilumpingTarian rakyat  kuda lumping atau dikenal pula jaran kepang atau jathilan atau jaran eblek banyak berkembang dan diminati oleh masyarakat Kendal. Tarian ini menggunakan kuda yang dimanifestasikan dalam bentuk mainan yang mirip kuda, terbuat dari bahan anyaman bambu, dengan dihias warna warni. Dalam melaksanakan tarian diiringi dengan gending-gending jawa yang ditabuh dari perlengkapan peralatan gamelan. Gamelan untuk mengiringi tari Kuda Lumping cukup sederhana, hanya terdiri dari Kendang, Kenong, Gong, dan Slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Penari menggapit kuda mainan dengan kedua kakinya, seolah-olah menaiki kuda, mengikuti alunan music gamelan.
Berbagai gerakan diperagakan oleh penari. Semakin banyak variasi gerakan, tarian makin menarik. Biasanya dimainkan oleh 6 sampai 10 orang, bahkan lebih. Seringkali dalam pertunjukan tari Kuda Lumping, juga menampilkan atraksi yang mempertontonkan kekuatan supranatural berbau magis, seperti atraksi mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan di atas pecahan kaca, dan lain-lain. Mungkin, atraksi ini merefleksikan kekuatan supranatural yang pada jaman dahulu berkembang di lingkungan Kerajaan Jawa.

Tarian kuda lumping ini umumnya dipertunjukkan pada saat saat: khitanan, sebagai penghibur bocah yang akan disunat; Acara Merti Desa ( semacam perayaan ulang tahun berdirinya desa); perayaan Hari Kemerdekaan; menyambut tamu kehormatan dll.



Beberapa kelompok Kesenian tradisinal jaran kepang yang ada di Kendal misalnya : Group Turonggo Sari Desa Tambahsari Kecamatan Limbangan; Wahyu Laras Budoyo Desa Tawang Gempol Sewu Rowosari; Khrido Sari Budhoyo Desa Plososari Patean; Group Krido Mudo Desa Purwogondo Boja; Group Setya Karya Budaya Desa Tirtomulya Plantungan dan Wahyu Turonggo Mudo Desa Sukodadi Singorojo. Serta beberapa group yang tersebar diberbagai pelosok desa.
 

SENI PERCUSI CONTEMPORER KLOTEKAN

Klotekan merupakan suatu aktifitas bermusik dengan alat pukul ( perkusi ) yang dimainkan baik secara individu ataupun kelompok.
Klotekan music percusion hasil kreatifitas generasi muda Kaliwungu, merupakan penggabungan acting dan music dengan memanfaatkan barang – barang rumah tangga bekas, seperti : ember; panci; sendok; dandang; piring dan dipadukan dengan alat music bambu.

Untuk lebih menarik, diperagakan pula tarian dan gerakan acting mengikuti irama musik. Sehingga terjalin harmonisasi antara rasa yang tercipta dari alunan musik dan karsa yang terwujud dari gerakan penari.




Pakaian Adat Kendal Putra/ Kakung




  1. Pakaian Adat Kendal Putra
Blangkon model Mataram mondol trepes, jubah nutup telinga. Busana bagian atas menggunakan beskap Sutowijayan (bagian depan nutup ke kanan dan jatuh ke bawah dengan 3 saku, bagian belakang landung dan belahan di samping kiri dan kanan). Bagian bawah menggunakan nyamping/kain pesisiran menggunakan sabuk, epek timang, memakai keris/duwung. Menggunakan selop tertutup.


  1. Pakaian Adat Kendal Putri
Sanggul khas Kendal, rambut disasak dan dirapikan seperti halnya membuat sanggul jawa dan bagian samping kanan dan kiri dibentuk mepet telinga 9tanpa sunggar). Kemudian untuk bentuk sanggulnya menggunakan sanggul Jawa Solo ukuran kecil 3 rusuk konde model lingkar.



SYAWALAN KALIWUNGU

Pada mulanya Syawalan berasal dari sebuah peringatan meninggalnya (Khoul) ulama besar Kaliwungu, Kyai Asy'ari (Kyai Guru) dengan cara me-ziarahi kuburannya setiap tanggal 8 Syawal, setiap tahun. Sunan Katong hari wafatnya (Khoulnya) dirayakan setiap bulan Rajab setiap tahun, biasanya jatuh pada pasaran kliwon. Sesuai dengan perkembangan masyarakatnya, kemudian lokasi ziarah berkembang ke makam Pangeran Mandurorejo dan Pangeran Pakuwaja,Kyai Mustofa, Kyai Rukyat dan Kyai Musyafa'.
Awalnya kegiatan ziarah mengirim doa di makam Kyai Asy'ari ini hanya dilakukan oleh keluarga dan keturunannya Kyai Asy'ari, tetapi lama kelamaan diikuti oleh masyarakat muslim Kaliwungu dan sekitarnya. Akhirny, kegiatan itu semakin massif terjadi setiap tahun, bahkan objek lokasi ziarah melebar bukan hanya kepada makam Kyai Asy'ari (Kyai Guru), akan tetapi juga ke makam Sunan Katong, Pangeran Mandurarejo, seorang Panglima Perang Mataram, dan Pangeran Pakuwaja. Belakangan para peziarah merambah juga berziarah ke makam Kyai Rukyat, Kyai Mustofa dan Kyai Musyafa'.


Makam Kyai Asy'ari, makam Pangeran Mandurarejo dan Sunan Katong terletak di Jabal sebelah selatan desa Protomulya, sedangkan makam Kyai Mustofa dan Kyai Musyafa' terletak di jabal sebelah utara-barat. Bukan hanya itu, sebagai perhelatan publik, area Syawalan juga berkembang ke wilayah lain yang lebih bersifat pasar dan hiburan rakyat, seperti daerah Pukuran, Pasar Sore, malahan belakangan sampai Desa Krajankulon dan Plantaran.
Prosesi upacara Syawalan Kaliwungu biasanya acara seremonial pembukaann diselenggarakan di halaman Masjid Besar Al-Muttaqin (biasanya dibuka oleh Bupati Kendal). Kemudian acara dilanjutkan jalan kaki bersama-sama para kyai dan masyarakat santri kaliwungu menuju makam Kyai Asy'ari. Agenda acara ritual di makam Kyai Asy'ari adalah (1) Pembukaan, (2) Pembacaan Riwayat Hidup singkat Kyai Asy'ari, (3) Tahlil dan (4) Doa untuk para leluhur, para masyayih, ulama yang dimakamkan di pemakaman Protomulyo dan Kutoharjo.
Meskipun sampai kini masih banyak yang memaknai Syawalan sebagai hal yang sakral, yakni sebagai perjalanan silaturahim rohaniah antara orang yang masih hidup dan orang yang telah meninggal (alam ghaib), namun dewasa ini Syawalan telah mengalami penambahan makna. Atau paling tidak telah mengalami perluasan makna (Amelioratif). Jika dahulu kegiatan Syawalan ini benar-benar terasa sakral-trancendental, maka kini kesakralan ini telah mulai terusik atau 'terganggu' (untuk tidak mengatakan profan) oleh munculnya 'makna tambahan dengan image baru. Image baru itu misalnya, orang mulai mengatakan bahwa Syawalan telah identik dengan jalan-jalan atau pacaran, lihat hiburan, belanja mainan anak-anak, belanja alat dapur dan lain-lain. Yah, itulah Syawalan kini bagi masyarakar Kaliwungu telah menjadi "Tuan Rumah di Negeri Sendiri".
Sumber : Meretas Ziarah Profile Syawalan Kaliwungu, Al-Fakir dan Muhammad Abdullah.
 




SEJARAH KAB. KENDAL

Sejarah

Nama Kendal diambil dari nama sebuah pohon yakni Pohon Kendal. Pohon yang berdaun rimbun itu sudah dikenal sejak masa Kerajaan Demak pada tahun 1500 - 1546 M yaitu pada masa Pemerintahan Sultan Trenggono. Pada awal pemerintahannya tahun 1521 M, Sultan Trenggono pernah memerintah Sunan Katong untuk memesan Pusaka kepada Pakuwojo.
Peristiwa yang menimbulkan pertentangan dan mengakibatkan pertentangan dan mengakibatkan kematian itu tercatat dalam Prasasti. Bahkan hingga sekarang makam kedua tokoh dalam sejarah Kendal yang berada di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu itu masih dikeramatkan masyarakat secara luas. Menurut kisah, Sunan Katong pernah terpana memandang keindahan dan kerindangan pohon Kendal yang tumbuh di lingkungan sekitar. Sambil menikmati pemandangan pohon Kendal yang nampak "sari" itu, Beliau menyebut bahwa di daerah tersebut kelak bakal disebut "Kendalsari". Pohon besar yang oleh warga masyarakat disebut-sebut berada di pinggir Jln Pemuda Kendal itu juga dikenal dengan nama Kendal Growong karena batangnya berlubang atau growong.

Dari kisah tersebut diketahui bahwa nama Kendal dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah atau daerah setelah Sunan Katong menyebutnya. Kisah penyebutan nama itu didukung oleh berita-berita perjalanan Orang-orang Portugis yang oleh Tom Peres dikatakan bahwa pada abad ke 15 di Pantai Utara Jawa terdapat Pelabuhan terkenal yaitu Semarang, Tegal dan Kendal. Bahkan oleh Dr. H.J. Graaf dikatakan bahwa pada abad 15 dan 16 sejarah Pesisir Tanah Jawa itu memiliki yang arti sangat penting. Sejarah Berdirinya Kabupaten Kendal
Adalah seorang pemuda bernama Joko Bahu putra dari Ki Ageng Cempaluk yang bertempat tinggal di Daerah Kesesi Kabupaten Pekalongan. Joko Bahu dikenal sebagai seorang yang mencintai sesama dan pekerja keras hingga Joko Bahu pun berhasil memajukan daerahnya. Atas keberhasilan itulah akhirnya Sultan Agung Hanyokrokusumo mengangkatnya menjadi Bupati Kendal bergelar Tumenggung Bahurekso. Selain itu Tumenggung Bahurekso juga diangkat sebagai Panglima Perang Mataram pada tanggal 26 Agustus 1628 untuk memimpin puluhan ribu prajurit menyerbu VOC di Batavia. Pada pertempuran tanggal 21 Oktober 1628 di Batavia Tumenggung Bahurekso beserta ke dua putranya gugur sebagai Kusuma Bangsa. Dari perjalanan Sang Tumenggung Bahurekso memimpin penyerangan VOC di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1628 itulah kemudian dijadikan patokan sejarah lahirnya Kabupaten Kendal.
Perkembangan lebih lanjut dengan momentum gugurnya Tumenggung Bahurekso sebagi penentuan Hari jadi dinilai beberapa kalangan kurang tepat. Karena momentum tersebut merupakan sejarah kelam bagi seorang tokoh yang bernama Bahurekso. Sehingga bila tanggal tersebut diambil sebagai momentum hari jadi dikhawatirkan akan membawa efek psikologis. Munculnya istilah "gagal dan gugur" dalam mitologi Jawa dikawatirkan akan membentuk bias-bias kejiwaan yang berpengaruh pada perilaku pola rasa, cipta dan karsa warga Kabupaten Kendal, sehingga dirasa kurang tepat jika dijadikan sebagai pertanda awal mula munculnya Kabupaten Kendal.
Dari Hasil Seminar yang diadakan tanggal 15 Agustus 2006, dengan mengundang para pakar dan pelaku sejarah, seperti Prof. Dr. Djuliati Suroyo ( guru besar Fakultas sastra Undip Semarang ), Dr. Wasino, M.Hum ( dosen Pasca Sarjana Unnes ) H. Moenadi ( Tokoh Masyarakat Kendal dengan moderator Dr. Singgih Tri Sulistiyono. serta setelah diadakan penelitian dan pengkajian secara komprehensip menyepakati dan menyimpulkan bahwa momentum pengangkatan Bahurekso sebagai Bupati Kendal, dijadikan titik tolak diterapkannya hari jadi. Pengangkatan bertepatan pada 12 Rabiul Awal 1014 H atau 28 Juli 1605. Tangal tersebut persis hari Kamis Legi malam jumat pahing tahun 1527 Caka. Penentuan Hari Jadi ini selanjutnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah ( PERDA ) Kabupaten Kendal Nomor 20 Tahun 2006, tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Kendal ( Lembaran Daerah no 20 Tahun 2006 Seri E nomor 15 )

Pemerintahan Kabupaten Kendal Sekarang dan Jaman Doeloe
Kaiwungu pernah berjaya sebagai pusat pemerintahan sejak awal berdirinya Kabupaten Kendal. Namun karena kondisi perpolitikan di pusat Mataram pada waktu itu dan adanya pertimbangan untuk perkembangan pemerintahan, menyebabkan pusat pemerintahan tersebut pindah ke kota Kendal hingga sekarang. Sehingga akhirnya Kaliwungu hanya digunakan untuk tempat tinggal kerabat Ayahanda Bupati yang sering disebut sebagai Kasepuhan. Sedangkan pemerintahannya dijadikan sebagai daerah administrasi yaitu Distrik Kaliwungu.


Bupati Kendal dan Pusat Pemerintahan dari Masa ke Masa

  1. Ki Tumenggung Bahurekso, 1605 - 1628.
  2. Ki Ngabei Wiraseca, 1629 -1641.
  3. Ki Ngabei Mertayuda, 1641 - 1649.
  4. Ki Ngabei Wangsadipradja, 1649 - 1650.
  5. Ki Ngabei Wangsawirapradja, 1650 - 1661.
  6. Ki Ngabei Wangsawirasraya, 1661 - 1663.
  7. KRT. Singawijaya, 1663 - 1668.
  8. KRT. Mertawijaya 1668 - 1694.
  9. Kompang ( Wakil ) 1694 - 1700.
  10. KRT. Mertawijaya II 1700 - 1725.
  11. KRT. Mertawijaya III 1725 - 1730.
  12. KRT. Singawijaya II ( Kendilwesi ) 1730 - 1755.
  13. KRT. Sumanegara I 1755 - 1780.
  14. KRT. Sumanegara II 1780 - 1785.
  15. KRT. Surahadinegara 1785 - 1805.
  16. KRT. Adipati Prawirodiningrat I 1805 - 1811.
  17. KRT. Adipati Prawiradiningrat II (Bupati terakhir Kendal dengan Pusat Pemerintahan masih di Kaliwungu) 1811-1830.
  18. KRT. Adipati Purbadiningrat ( Asal Gresik ) Menantu Bupati P. Ario Prawirodingrat II 1830 -1850.
  19. KRT. Adipati Sasrahadiningrat 1850 - 1857.
  20. KR. Adipati  Ario Notohamiprojo 1857 -1890.
  21. KRT. Adipati Ario Notonegoro Putra Bupati Pangeran Ario Notohamiprojo 1890 - 1911.
  22. KRT . Adipati Natahanipradja 1911 - 1938.
  23. KRT. Adipati Parwitz Purbanegara 1938 - 1942.
  24. RM. Kusumahudaya 1942 - 1945.
  25. R. Sukarno 1945 - 1948.
  26. R. Ruslan 1948 - 1950.
  27. R. Prayirno 1950 - 1957.
  28. R. Sujono 1957 - 1960.
  29. R. Salatun 1960 - 1965.
  30. Mayor Infantri R. Sunardi 1965 - 1967.
  31. Letkol RM. Suryosusena 1967 - 1972.
  32. Drs. H Abdoes Saleh Ranawidjaja 1972 - 1979.
  33. Drs. H Herman Soemarmo 1979 - 1984.
  34. H. Soedono Yusuf 1984 - 1989.
  35. H. Soemojo Hadiwinoto, SH 1989 - 1999.
  36. Drs. H. Jumadi 1999 - 1999.
  37. H. Hendy Boedoro SH, M.Si - Drs. H. Masdiki Yusak, Mpd 2000 - 2005.
  38. Drs. Suwarto Nasucha, M.Si - Pj. Bupati Kendal 2005 - 2005.
  39. H. Hendy Boedoro SH, M.Si - Dra. Hj. Siti Nurmarkesi, Masa Jabatan 2005 - 2010.
  40. Dra. Hj. Siti Nurmarkesi - Wakil Bupati Kendal yang melaksanakan tugas dan kewajiban Bupati Kendal, 2007 - 2009.
  41. Dra. Hj. Siti Nurmarkesi, Masa Jabatan tgl 22 Juli 2009 s/d 22 Agustus 2010.
  42. dr. Hj. Widya Kandi Susanti, MM. Terhitung mulai tgl. 23 Agustus 2010 s/d sekarang.

Ketua DPRD Kabupaten Kendal
Sejak Pemilu Tahun 1955 sampai sekarang DPRD Kabupaten Kendal dipimpin 13 orang, yaitu:
1. Mardi Hady, 1955-1957
2. Waluyo Wignjonijoso, 1957-1962
3. Mardi Hady, 1965-1967
4. H. Macfudz Amin, 1967-1972
5. Urip Ischak, 1972-1977
6. Drs. Hasan Basari, 1977-1980
7. Achmad Soetrisno, 1980-1982
8. Achmad Soetrisno, 1982-1987
9. Sofian Purwosubroto, 1987-1992
10. Kol. Infantri Kusnadi, 1992-1997
11. Abu Bakar Wakkano, 1997-1999
12. Sutrimo, 1999-2004
13. Drs. H. Ahmat Suyuti, 2004-2009
14. Anik Kasiyani, 2009-2014

Sumber: Buku Refleksi Hari Jadi Ke-405 Kabupaten Kendal Tahun 2010.